ksppm
  • Beranda
  • Profile
    • Visi dan Misi
    • Profil KSPPM
    • Tentang KSPPM
    • Struktur Organisasi
    • Pelaksana Program
    • Staff
    • Badan Pendiri
  • Berita
    • Samosir
    • Toba
    • Tapanuli Utara
    • Humbahas
    • Liputan Media
    • Wilayah Lainnya
  • Buletin Prakarsa
Donation
No Result
View All Result
en English id Indonesian
ksppm
  • Beranda
  • Profile
    • Visi dan Misi
    • Profil KSPPM
    • Tentang KSPPM
    • Struktur Organisasi
    • Pelaksana Program
    • Staff
    • Badan Pendiri
  • Berita
    • Samosir
    • Toba
    • Tapanuli Utara
    • Humbahas
    • Liputan Media
    • Wilayah Lainnya
  • Buletin Prakarsa
Donation
No Result
View All Result
en English id Indonesian
ksppm
Donation
Home Berita
Perempuan Adat: Pelindung Bijaksana Bumi dan Pemimpin Aksi Iklim
  • Oleh:
  • Tim KSPPM
  • •
  • 26 Maret 2022
Perempuan Adat: Pelindung Bijaksana Bumi dan Pemimpin Aksi Iklim
Reading Time: 3 mins read
A A

Selasa, 15 Maret 2022. Sejumlah NGO Internasional menyelenggarakan diskusi mengenai isu lingkungan dan masyarakat adat. Diskusi tersebut menghadirkan 4 (empat) narasumber, yaitu Regina Lopez-Whiteskunk (Cross-Culture Program Manager at Montezuma Land Conservacy, Former Council-woman of the Ute Mountain Ute Tribe, dan Former Co-chair of the Inter-tribal Coalition on Bears Ears), Melody Daugherty (Tsalagi, Founder and Executive Director of the Manitou Pollinators), Sharrie Perry-Nicholoson (Comanche, Native Law, Educator in school system, community builder for native youth), dan Eva Junita Lumban Gaol (Pemimpin Komunitas Perempuan adat dan Pengurus Masyarakat Adat Pargamanan-Bintang Maria).

Dimulai pukul 23.00 WIB, diskusi ini dibuka oleh Sandra Sheridan (NGO Commite on the Rights of Indigenous Peoples dan Sunray Meditation Society) dan Sue C. Jacobs (Profesor School of Community Health Sciences and Counseling Psychology di Oklahoma State University).

Moderator kemudian memberi kesempatan kepada narasumber untuk memperkenalkan diri dan masing-masing berbagi informasi mengenai perjuangan perempuan dalam mempertahankan wilayah adat. Semua narasumber mengaku bahwa mereka sedang mengalami krisis lingkungan dan untuk mengatasi persoalan yang sangat serius ini, mereka bekerjasama dengan masyarakat adat yang lain untuk membangun kekuatan kolektif.

Baca Juga

DPRD Simalungun Gelar Rapat Pansus Bahas Banjir Parapat, TPL Disebut Sebagai Penyebab Utama.

Nestapa Buruh Harian Lepas dalam Sistem yang Dikendalikan

Delima Silalahi, Direktur Program KSPPM, diberi kesempatan untuk memperkenalkan KSPPM sebagai NGO yang fokus mendampingi kasus-kasus sturktural di Tano Batak yang seringkali membuat masyarakat adat menjadi korban. Delima membagikan data-data mengenai perampasan ruang hidup yang dilakukan PT TPL.

Dalam diskusi via zoom tersebut, Eva Junita Lumban Gaol, seorang perempuan adat suku Batak Toba, menceritakan perjuangan komunitasnya hingga meneteskan air mata. Beliau memaparkan dampak-dampak yang diakibatkan oleh PT TPL di wilayah adatnya, tanah warisan nenek moyang mereka. Dampak-dampak tersebut meliputi kerusakan lingkungan, penurunan pendapatan rumah tangga akibat semakin sedikitnya getah dari pohon kemenyan, rusaknya persawahan akibat turunnya debit irigasi karena tanaman eukaliptus menyerap banyak air, hingga kriminalisasi yang dilakukan oleh pihak PT TPL dan kepolisian.

Saat sesi tanya jawab, peserta diskusi mengajukan tiga pertanyaan menarik untuk dijawab oleh para narasumber. Pertanyaan pertama mengenai sumber inspirasi (sebagai perempuan adat) untuk terus memperjuangkan wilayah adat. Sangat mempesona bahwa semua narasumber memiliki inspirasi masing-masing dalam melanjutkan perjuangan. Melody Daugherty mengatakan bahwa inspirasi itu adalah sosok ibunya yang pernah berpesan mengenai alam, “Semua makhluk memiliki hak untuk hidup”. Demikian juga dengan Eva yang mengatakan ibu sebagai sosok inspirasinya. Bagi Eva, sebagaimana ibu menghidupi, demikian juga dengan tanah. Sementara Sharrie mengatakan bahwa sosok inspirasinya adalah Sang Pencipta.

Pertanyaan menarik selanjutnya adalah alasan para perempuan adat untuk terus berjuang mempertahankan wilayah adat. Eva dan Delima memiliki alasan yang sama, yaitu tanah. Bagi mereka, kehilangan tanah berarti kehilangan identitas. Melody mengaku bahwa alasan yang membuatnya terus berjuang adalah alasan spiritual, mengenai relasinya dengan pencipta bumi. Sharrie mengaku terus berjuang karena ingin agar cucunya tetap bisa menikmati keindahan alam hingga dewasa kelak.

Pertanyaan terakhir adalah regenerasi perjuangan, bagaimana agar perempuan adat yang masih muda dapat melanjutkan perjuangan. Semua narasumber mengatakan bahwa cara yang paling efektif adalah melakukan dialog dan transformasi pengetahuan.  

Setelah sesi tanya jawab selesai, moderator merangkum hasil diskusi yang berlangsung selama kurang lebih 90 menit tersebut dan memberi kesempatan kepada narasumber untuk menyampaikan pernyataan penutup.**

  • Baca juga tulisan menarik lainnya dari
  • Tim KSPPM
  • atau artikel terkait
  • Berita
Tag: Save Hutan KemenyanSave Tano BatakSave Tombak HaminjonTutup TPL

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Sebelumnya

23 Thousand People Signed Petition for Indigenous People’s Benzoin Forest to be Saved, KLHK PKTHA Director: Natural Forests Must Be Protected

Artikel Berikutnya

Rakyat Memimpin Dirinya Sendiri

Home Berita
Perempuan Adat: Pelindung Bijaksana Bumi dan Pemimpin Aksi Iklim
  • Oleh:
  • Tim KSPPM
  • •
  • 26 Maret 2022
Reading Time: 3 mins read
A A

Selasa, 15 Maret 2022. Sejumlah NGO Internasional menyelenggarakan diskusi mengenai isu lingkungan dan masyarakat adat. Diskusi tersebut menghadirkan 4 (empat) narasumber, yaitu Regina Lopez-Whiteskunk (Cross-Culture Program Manager at Montezuma Land Conservacy, Former Council-woman of the Ute Mountain Ute Tribe, dan Former Co-chair of the Inter-tribal Coalition on Bears Ears), Melody Daugherty (Tsalagi, Founder and Executive Director of the Manitou Pollinators), Sharrie Perry-Nicholoson (Comanche, Native Law, Educator in school system, community builder for native youth), dan Eva Junita Lumban Gaol (Pemimpin Komunitas Perempuan adat dan Pengurus Masyarakat Adat Pargamanan-Bintang Maria).

Dimulai pukul 23.00 WIB, diskusi ini dibuka oleh Sandra Sheridan (NGO Commite on the Rights of Indigenous Peoples dan Sunray Meditation Society) dan Sue C. Jacobs (Profesor School of Community Health Sciences and Counseling Psychology di Oklahoma State University).

Moderator kemudian memberi kesempatan kepada narasumber untuk memperkenalkan diri dan masing-masing berbagi informasi mengenai perjuangan perempuan dalam mempertahankan wilayah adat. Semua narasumber mengaku bahwa mereka sedang mengalami krisis lingkungan dan untuk mengatasi persoalan yang sangat serius ini, mereka bekerjasama dengan masyarakat adat yang lain untuk membangun kekuatan kolektif.

Baca Juga

DPRD Simalungun Gelar Rapat Pansus Bahas Banjir Parapat, TPL Disebut Sebagai Penyebab Utama.

Nestapa Buruh Harian Lepas dalam Sistem yang Dikendalikan

Delima Silalahi, Direktur Program KSPPM, diberi kesempatan untuk memperkenalkan KSPPM sebagai NGO yang fokus mendampingi kasus-kasus sturktural di Tano Batak yang seringkali membuat masyarakat adat menjadi korban. Delima membagikan data-data mengenai perampasan ruang hidup yang dilakukan PT TPL.

Dalam diskusi via zoom tersebut, Eva Junita Lumban Gaol, seorang perempuan adat suku Batak Toba, menceritakan perjuangan komunitasnya hingga meneteskan air mata. Beliau memaparkan dampak-dampak yang diakibatkan oleh PT TPL di wilayah adatnya, tanah warisan nenek moyang mereka. Dampak-dampak tersebut meliputi kerusakan lingkungan, penurunan pendapatan rumah tangga akibat semakin sedikitnya getah dari pohon kemenyan, rusaknya persawahan akibat turunnya debit irigasi karena tanaman eukaliptus menyerap banyak air, hingga kriminalisasi yang dilakukan oleh pihak PT TPL dan kepolisian.

Saat sesi tanya jawab, peserta diskusi mengajukan tiga pertanyaan menarik untuk dijawab oleh para narasumber. Pertanyaan pertama mengenai sumber inspirasi (sebagai perempuan adat) untuk terus memperjuangkan wilayah adat. Sangat mempesona bahwa semua narasumber memiliki inspirasi masing-masing dalam melanjutkan perjuangan. Melody Daugherty mengatakan bahwa inspirasi itu adalah sosok ibunya yang pernah berpesan mengenai alam, “Semua makhluk memiliki hak untuk hidup”. Demikian juga dengan Eva yang mengatakan ibu sebagai sosok inspirasinya. Bagi Eva, sebagaimana ibu menghidupi, demikian juga dengan tanah. Sementara Sharrie mengatakan bahwa sosok inspirasinya adalah Sang Pencipta.

Pertanyaan menarik selanjutnya adalah alasan para perempuan adat untuk terus berjuang mempertahankan wilayah adat. Eva dan Delima memiliki alasan yang sama, yaitu tanah. Bagi mereka, kehilangan tanah berarti kehilangan identitas. Melody mengaku bahwa alasan yang membuatnya terus berjuang adalah alasan spiritual, mengenai relasinya dengan pencipta bumi. Sharrie mengaku terus berjuang karena ingin agar cucunya tetap bisa menikmati keindahan alam hingga dewasa kelak.

Pertanyaan terakhir adalah regenerasi perjuangan, bagaimana agar perempuan adat yang masih muda dapat melanjutkan perjuangan. Semua narasumber mengatakan bahwa cara yang paling efektif adalah melakukan dialog dan transformasi pengetahuan.  

Setelah sesi tanya jawab selesai, moderator merangkum hasil diskusi yang berlangsung selama kurang lebih 90 menit tersebut dan memberi kesempatan kepada narasumber untuk menyampaikan pernyataan penutup.**

  • Baca juga tulisan menarik lainnya dari
  • Tim KSPPM
  • atau artikel terkait
  • Berita
Tag: Save Hutan KemenyanSave Tano BatakSave Tombak HaminjonTutup TPL

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Sebelumnya

23 Thousand People Signed Petition for Indigenous People’s Benzoin Forest to be Saved, KLHK PKTHA Director: Natural Forests Must Be Protected

Artikel Berikutnya

Rakyat Memimpin Dirinya Sendiri

Related Articles

DPRD Simalungun Gelar Rapat Pansus Bahas Banjir Parapat, TPL Disebut Sebagai Penyebab Utama.

DPRD Simalungun Gelar Rapat Pansus Bahas Banjir Parapat, TPL Disebut Sebagai Penyebab Utama.

29 April 2025
Nestapa Buruh Harian Lepas dalam Sistem yang Dikendalikan

Nestapa Buruh Harian Lepas dalam Sistem yang Dikendalikan

8 April 2025
Pimpinan DPRD Taput:  PT TPL harus menghentikan aktivitas di Wilayah Adat Onan Harbangan

Pimpinan DPRD Taput: PT TPL harus menghentikan aktivitas di Wilayah Adat Onan Harbangan

3 Februari 2025
Demi Pendudukan yang Terorganisir: Bona Taon Komunitas Golat Naibaho 2025

Demi Pendudukan yang Terorganisir: Bona Taon Komunitas Golat Naibaho 2025

3 Februari 2025
Tanah dan Kehidupan: Transformasi Strategi Perjuangan Masyarakat Adat dengan Inisiatif DaMaRA dalam Bona Taon Komunitas Golat Simbolon

Tanah dan Kehidupan: Transformasi Strategi Perjuangan Masyarakat Adat dengan Inisiatif DaMaRA dalam Bona Taon Komunitas Golat Simbolon

3 Februari 2025
Surat Petani Food Estate Ria-Ria kepada Pemerintah di Jakarta

Surat Petani Food Estate Ria-Ria kepada Pemerintah di Jakarta

27 Januari 2025

Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat. Pada tahun 1984, pendahulu kami sangat prihatin dan peduli terhadap realitas kemiskinan, pelanggaran dan kekerasan terhadap hak asasi manusia, serta dampak buruk yang ditimbulkan pembangunan di Indonesia…Selengkapnya 

  • Girsang 1, Kec. Girsang Sipangan Bolon, Kab. Simalungun - Parapat, Sumatera Utara 21174
  • pksppm@yahoo.com
  • +0625 42393
Facebook Instagram X-twitter Youtube

Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat. Pada tahun 1984, pendahulu kami sangat prihatin dan peduli terhadap realitas kemiskinan, pelanggaran dan kekerasan terhadap hak asasi manusia, serta dampak buruk yang ditimbulkan pembangunan di Indonesia…Selengkapnya 

  • Girsang 1, Kec. Girsang Sipangan Bolon, Kab. Simalungun - Parapat, Sumatera Utara 21174
  • pksppm@yahoo.com
  • +0625 42393
Facebook Instagram X-twitter Youtube
© Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat - KSPPM. All Rights Reserved.
Home
Home
Buletin
Buletin
Channel
Channel
Explore
Explore
No Result
View All Result
en English id Indonesian
  • Beranda
  • Profile
    • Visi dan Misi
    • Profil KSPPM
    • Tentang KSPPM
    • Struktur Organisasi
    • Pelaksana Program
    • Staff
    • Badan Pendiri
  • Berita
    • Samosir
    • Toba
    • Tapanuli Utara
    • Humbahas
    • Liputan Media
    • Wilayah Lainnya
  • Buletin Prakarsa