ksppm
  • Beranda
  • Profile
    • Visi dan Misi
    • Profil KSPPM
    • Tentang KSPPM
    • Struktur Organisasi
    • Pelaksana Program
    • Staff
    • Badan Pendiri
  • Berita
    • Samosir
    • Toba
    • Tapanuli Utara
    • Humbahas
    • Liputan Media
    • Wilayah Lainnya
  • Buletin Prakarsa
Donation
No Result
View All Result
en English id Indonesian
ksppm
  • Beranda
  • Profile
    • Visi dan Misi
    • Profil KSPPM
    • Tentang KSPPM
    • Struktur Organisasi
    • Pelaksana Program
    • Staff
    • Badan Pendiri
  • Berita
    • Samosir
    • Toba
    • Tapanuli Utara
    • Humbahas
    • Liputan Media
    • Wilayah Lainnya
  • Buletin Prakarsa
Donation
No Result
View All Result
en English id Indonesian
ksppm
Donation
Wajah Pemimpin Muda dari Natinggir
  • Oleh:
  • Lambok Lumban Gaol
  • •
  • 13 Agustus 2022
Wajah Pemimpin Muda dari Natinggir

Foto Sahala Pasaribu mengikuti pelatihan menulis (KIKIGAKI) di Sopo KSPPM Parapat. doc. ksppm 2021

Reading Time: 3 mins read
A A

Sahala Pasaribu (32) adalah pemimpin organisasi perjuangan Masyarakat Adat Pomparan Ompu Nasomalomarhohos Pasaribu di Dusun IV Natinggir, Desa Simare, Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba. Komunitas Masyarakat Adat ini berjuang melawan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. yang menghancurkan ruang hidup warisan nenek moyangnya.

 Amani Iren adalah panggilan akrab di komunitas terhadapnya.Dia bekerja sebagai petani.  Dia selalu menunjukkan keramahan dan kesantunan dalam bertutur kata jika kita berkunjung ke rumahnya. Dia akan terlihat bercanda gurau dengan anak-anaknya di rumah yang membuktikan bahwa hubungan antara anak dan orang tua memang akrab dan tidak kaku.

Memimipin Komunitas Masyarakat Adat Pomparan Ompu Raja Nasomalomarhohos Pasaribu baginya adalah sebuah kehormatan. Kepercayaan untuk memimpin di usia muda adalah tanggung jawab yang sangat berat. Perjuangan  membutuhkan napas yang panjang dan kerelaan untuk berkorban. Artinya, kerelaan meluangkan waktu untuk mengikuti pertemuan dan pelatihan atas undangan dari lembaga pendamping, bahkan mengeluarkan biaya sendiri jika ada kegiatan di luar komunitas dan juga untuk hal lainnya.

Baca Juga

OPERASI PT TPL DI TANO BATAK TELAH MERAMPAS TANAH DAN WILAYAH ADAT MASYARAKAT, MELANGGAR HAK PARA PEKERJA

Organisasi Masyarakat Sipil Samosir serukan Tutup TPL

Bapak dua anak ini seringkali terpaksa meninggalkan keluarga untuk menghadiri pertemuan dan membangun jaringan dengan pihak-pihak lain yang sepemahaman dengan perjuangan. Meski begitu dia selalu menyakinkan istri dan anak-anaknya bahwa perjuangan yang dilakukan akan membawa perubahan besar bagi komunitas secara umum dan untuk keluarga mereka secara khusus.

Dukungan keluarga  dan komunitas menjadikan jiwa kepemimpinan semakin kuat dalam dirinya. Membangun rumah di lahan bekas eucaliptus, dia ingin membuktikan diri sebagai pemilik wilayah adat di huta Natinggir. Dia bersama anggota komunitasnya menduduki dan menguasai lahan serta menanam pohon aren, macademia dan jagung. Hal ini sebagai bentuk perlawanan terhadap perusahaan yang menghancurkan hutan adatnya.

Mereka juga ambil bagian dalam aksi-aksi demo di depan kantor Bupati kab. Toba hingga di depan Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta bersama komunitas-komunitas lain yang bergabung dengan Aliansi gerak Tutup TPL. Targetnya adalah pengembalian tanah adat yang sedang diperjuangkan.

Panggilan dari pihak kepolisaan Resort Toba sudah 2 (dua) kali diterima oleh 7 orang anggota komunitas. Sahala Pasaribu termasuk di dalamnya sebagai ketua perjuangan. Hal ini tidak membuatnya gentar dan takut. Bahkan, dia menganggap surat tersebut seperti surat cinta dari kepolisian. Kesolidan komunitas sedang diuji dan digoncang.

Sahala Pasaribu sering mendapat tawaran untuk menduduki posisi-posisi penting di perusahaan. Namun, semua tawaran itu tidak menggoyahkannya. Baginya tanah adat yang diperjuangkan adalah identitas dirinya dan komunitas. “Dang olo hatoban di tanokku. Ikkon raja do au di tanokku“ (tidak mau sebagai budak di tanah sendiri, harus menjadi tuan di tanah sendiri) adalah prinsip yang dipegangnya.

Semangat dan  keseriusanya sangat tinggi dalam melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh PT. TPL. Perjuangan atas wilayah adatnya merupakan sebuah keharusan baginya, meskipun dia  mengetahui betul bahwa perjuangan ini tidak mudah dan akan berlangsung lama. Sahala Pasaribu berharap pemerintah segera mengakui wilayah adat Pomparan Ompu Raja Nasomalomarhohos Pasaribu dan mengeluarkannya dari wilayah konsesi  PT.TPL. Kehadiran perusahaan terbukti menyebabkan komunitas ini menjadi miskin. Perusahaan menebangi hutan kemenyan, menghilangkan tempat penggembalaan kerbau, dan mematikan sumber air. Semuanya diganti menjadi kebun Eucaliptus yang boros air. Perjuangan komunitas ini masih panjang dan membutuhkan waktu yang lama. Kesatuan, persatuan dan saling menyemangati masih sangat dibutuhkan. Kemenangan akan tercapai dengan persatuan. Pihak jaringan dan lembaga pendamping perlu konsisten dan tak kenal lelah berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam berjuang sehingga komunitas ini mendapatkan kemenangan.**

  • Baca juga tulisan menarik lainnya dari
  • Lambok Lumban Gaol
  • atau artikel terkait
  • Berita, Toba

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Sebelumnya

Idul Adha dan Stigma bagi Penyintas Kusta

Artikel Berikutnya

PETANI TERABAIKAN LAGI

Wajah Pemimpin Muda dari Natinggir
  • Oleh:
  • Lambok Lumban Gaol
  • •
  • 13 Agustus 2022
Foto Sahala Pasaribu mengikuti pelatihan menulis (KIKIGAKI) di Sopo KSPPM Parapat. doc. ksppm 2021
Reading Time: 3 mins read
A A

Sahala Pasaribu (32) adalah pemimpin organisasi perjuangan Masyarakat Adat Pomparan Ompu Nasomalomarhohos Pasaribu di Dusun IV Natinggir, Desa Simare, Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba. Komunitas Masyarakat Adat ini berjuang melawan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. yang menghancurkan ruang hidup warisan nenek moyangnya.

 Amani Iren adalah panggilan akrab di komunitas terhadapnya.Dia bekerja sebagai petani.  Dia selalu menunjukkan keramahan dan kesantunan dalam bertutur kata jika kita berkunjung ke rumahnya. Dia akan terlihat bercanda gurau dengan anak-anaknya di rumah yang membuktikan bahwa hubungan antara anak dan orang tua memang akrab dan tidak kaku.

Memimipin Komunitas Masyarakat Adat Pomparan Ompu Raja Nasomalomarhohos Pasaribu baginya adalah sebuah kehormatan. Kepercayaan untuk memimpin di usia muda adalah tanggung jawab yang sangat berat. Perjuangan  membutuhkan napas yang panjang dan kerelaan untuk berkorban. Artinya, kerelaan meluangkan waktu untuk mengikuti pertemuan dan pelatihan atas undangan dari lembaga pendamping, bahkan mengeluarkan biaya sendiri jika ada kegiatan di luar komunitas dan juga untuk hal lainnya.

Baca Juga

OPERASI PT TPL DI TANO BATAK TELAH MERAMPAS TANAH DAN WILAYAH ADAT MASYARAKAT, MELANGGAR HAK PARA PEKERJA

Organisasi Masyarakat Sipil Samosir serukan Tutup TPL

Bapak dua anak ini seringkali terpaksa meninggalkan keluarga untuk menghadiri pertemuan dan membangun jaringan dengan pihak-pihak lain yang sepemahaman dengan perjuangan. Meski begitu dia selalu menyakinkan istri dan anak-anaknya bahwa perjuangan yang dilakukan akan membawa perubahan besar bagi komunitas secara umum dan untuk keluarga mereka secara khusus.

Dukungan keluarga  dan komunitas menjadikan jiwa kepemimpinan semakin kuat dalam dirinya. Membangun rumah di lahan bekas eucaliptus, dia ingin membuktikan diri sebagai pemilik wilayah adat di huta Natinggir. Dia bersama anggota komunitasnya menduduki dan menguasai lahan serta menanam pohon aren, macademia dan jagung. Hal ini sebagai bentuk perlawanan terhadap perusahaan yang menghancurkan hutan adatnya.

Mereka juga ambil bagian dalam aksi-aksi demo di depan kantor Bupati kab. Toba hingga di depan Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta bersama komunitas-komunitas lain yang bergabung dengan Aliansi gerak Tutup TPL. Targetnya adalah pengembalian tanah adat yang sedang diperjuangkan.

Panggilan dari pihak kepolisaan Resort Toba sudah 2 (dua) kali diterima oleh 7 orang anggota komunitas. Sahala Pasaribu termasuk di dalamnya sebagai ketua perjuangan. Hal ini tidak membuatnya gentar dan takut. Bahkan, dia menganggap surat tersebut seperti surat cinta dari kepolisian. Kesolidan komunitas sedang diuji dan digoncang.

Sahala Pasaribu sering mendapat tawaran untuk menduduki posisi-posisi penting di perusahaan. Namun, semua tawaran itu tidak menggoyahkannya. Baginya tanah adat yang diperjuangkan adalah identitas dirinya dan komunitas. “Dang olo hatoban di tanokku. Ikkon raja do au di tanokku“ (tidak mau sebagai budak di tanah sendiri, harus menjadi tuan di tanah sendiri) adalah prinsip yang dipegangnya.

Semangat dan  keseriusanya sangat tinggi dalam melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh PT. TPL. Perjuangan atas wilayah adatnya merupakan sebuah keharusan baginya, meskipun dia  mengetahui betul bahwa perjuangan ini tidak mudah dan akan berlangsung lama. Sahala Pasaribu berharap pemerintah segera mengakui wilayah adat Pomparan Ompu Raja Nasomalomarhohos Pasaribu dan mengeluarkannya dari wilayah konsesi  PT.TPL. Kehadiran perusahaan terbukti menyebabkan komunitas ini menjadi miskin. Perusahaan menebangi hutan kemenyan, menghilangkan tempat penggembalaan kerbau, dan mematikan sumber air. Semuanya diganti menjadi kebun Eucaliptus yang boros air. Perjuangan komunitas ini masih panjang dan membutuhkan waktu yang lama. Kesatuan, persatuan dan saling menyemangati masih sangat dibutuhkan. Kemenangan akan tercapai dengan persatuan. Pihak jaringan dan lembaga pendamping perlu konsisten dan tak kenal lelah berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam berjuang sehingga komunitas ini mendapatkan kemenangan.**

  • Baca juga tulisan menarik lainnya dari
  • Lambok Lumban Gaol
  • atau artikel terkait
  • Berita, Toba

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Sebelumnya

Idul Adha dan Stigma bagi Penyintas Kusta

Artikel Berikutnya

PETANI TERABAIKAN LAGI

Related Articles

OPERASI PT TPL DI TANO BATAK TELAH MERAMPAS TANAH DAN WILAYAH ADAT MASYARAKAT, MELANGGAR HAK PARA PEKERJA

OPERASI PT TPL DI TANO BATAK TELAH MERAMPAS TANAH DAN WILAYAH ADAT MASYARAKAT, MELANGGAR HAK PARA PEKERJA

10 Juli 2025
Organisasi Masyarakat Sipil Samosir serukan Tutup TPL

Organisasi Masyarakat Sipil Samosir serukan Tutup TPL

25 Juni 2025
DPRD Simalungun Gelar Rapat Pansus Bahas Banjir Parapat, TPL Disebut Sebagai Penyebab Utama.

DPRD Simalungun Gelar Rapat Pansus Bahas Banjir Parapat, TPL Disebut Sebagai Penyebab Utama.

29 April 2025
Nestapa Buruh Harian Lepas dalam Sistem yang Dikendalikan

Nestapa Buruh Harian Lepas dalam Sistem yang Dikendalikan

8 April 2025
Pimpinan DPRD Taput:  PT TPL harus menghentikan aktivitas di Wilayah Adat Onan Harbangan

Pimpinan DPRD Taput: PT TPL harus menghentikan aktivitas di Wilayah Adat Onan Harbangan

3 Februari 2025
Demi Pendudukan yang Terorganisir: Bona Taon Komunitas Golat Naibaho 2025

Demi Pendudukan yang Terorganisir: Bona Taon Komunitas Golat Naibaho 2025

3 Februari 2025

Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat. Pada tahun 1984, pendahulu kami sangat prihatin dan peduli terhadap realitas kemiskinan, pelanggaran dan kekerasan terhadap hak asasi manusia, serta dampak buruk yang ditimbulkan pembangunan di Indonesia…Selengkapnya 

  • Girsang 1, Kec. Girsang Sipangan Bolon, Kab. Simalungun - Parapat, Sumatera Utara 21174
  • pksppm@yahoo.com
  • +0625 42393
Facebook Instagram X-twitter Youtube

Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat. Pada tahun 1984, pendahulu kami sangat prihatin dan peduli terhadap realitas kemiskinan, pelanggaran dan kekerasan terhadap hak asasi manusia, serta dampak buruk yang ditimbulkan pembangunan di Indonesia…Selengkapnya 

  • Girsang 1, Kec. Girsang Sipangan Bolon, Kab. Simalungun - Parapat, Sumatera Utara 21174
  • pksppm@yahoo.com
  • +0625 42393
Facebook Instagram X-twitter Youtube
© Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat - KSPPM. All Rights Reserved.
Home
Home
Buletin
Buletin
Channel
Channel
Explore
Explore
No Result
View All Result
en English id Indonesian
  • Beranda
  • Profile
    • Visi dan Misi
    • Profil KSPPM
    • Tentang KSPPM
    • Struktur Organisasi
    • Pelaksana Program
    • Staff
    • Badan Pendiri
  • Berita
    • Samosir
    • Toba
    • Tapanuli Utara
    • Humbahas
    • Liputan Media
    • Wilayah Lainnya
  • Buletin Prakarsa