ksppm
  • Beranda
  • Profile
    • Visi dan Misi
    • Profil KSPPM
    • Tentang KSPPM
    • Struktur Organisasi
    • Pelaksana Program
    • Staff
    • Badan Pendiri
  • Berita
    • Samosir
    • Toba
    • Tapanuli Utara
    • Humbahas
    • Liputan Media
    • Wilayah Lainnya
  • Buletin Prakarsa
Donation
No Result
View All Result
en English id Indonesian
ksppm
  • Beranda
  • Profile
    • Visi dan Misi
    • Profil KSPPM
    • Tentang KSPPM
    • Struktur Organisasi
    • Pelaksana Program
    • Staff
    • Badan Pendiri
  • Berita
    • Samosir
    • Toba
    • Tapanuli Utara
    • Humbahas
    • Liputan Media
    • Wilayah Lainnya
  • Buletin Prakarsa
Donation
No Result
View All Result
en English id Indonesian
ksppm
Donation
Tuan Manullang: Kemandirian Gereja dan Gerakan Agraria
  • Oleh:
  • Romian Siagian
  • •
  • 26 Agustus 2023
Tuan Manullang: Kemandirian Gereja dan Gerakan Agraria
Reading Time: 4 mins read
A A

Rabu, 16 Agustus 2023, KSPPM bersama Sekolah Tinggi Theologia (STT) HKBP Pematangsiantar, Huria Kristen Indonesia (HKI), dan Toba Initiatives melakukan diskusi Tuan Manullang : Kemandirian Gereja dan Gerakan Agraria di Aula STT Pematangsiantar. Kegiatan ini dihadiri oleh 150 mahasiswa STT HKBP Pematangsiantar, dosen, para pendeta, dan masyarakat sipil. Diskusi ini dilakukan untuk merefleksikan kembali perjuangan Tuan Manullang mempertahankan Tanah Batak pada masa kolonial, diskusi ini relevan untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia, karena banyak pihak sedang memperjuangkan agar Tuan Manullang dijadikan pahlawan nasional karena turut berkontribusi mengusir penjajah dari Indonesia.

Dian Purba dari Toba Initiatives, menjelaskan bagaimana Tuan Manullang melakukan perlawanan dan terus mengikuti kekristenannya. Para peserta dibuat terpesona pada sejarah hidup Tuan Manullang serta gerakan-gerakan yang dilakukannya. Perspektif sejarah yang disampaikan Dian Purba telah ‘meluruskan’ berbagai fakta sejarah yang selama ini disalah paham oleh orang Batak. Kisah hidup Tuan Manullang dan spirit perlawanan yang sangat berpengaruh berasal dari Sisingamangara, yang mana masa kecil Tuan Manullang sangat dekat dengan Sisingamangaraja, seorang pahlawan dari Tanah Batak.

Pdt. Dr. Hulman Sinaga, M.Th selaku Ketua STT HKBP Pematangsiantar juga memiliki refleksi yang mendalam mengenai Tuan Manullang dan pemaknaan atas tanah menurut kitab Perjanjian Lama. Benar pula bahwa kitab Perjanjian Lama lebih banyak membahas persoalan bumi termasuk tanah dibandingkan membahas persoalan surgawi  karena baginya, tanah adalah persoalan yang penting di Perjanjian Lama. Perebutan tanah dan perjuangan mempertahankan tanah di Israellah yang paling banyak dibahas di kitab tersebut.  Gagasan utama perjanjian lama menurut Dr. Hulman Sinaga adalah, tanah tidak boleh diperalat untuk menindas orang lain dan tanah tidak boleh menumpuk ditangan satu orang seperti praktik konsesi yang hari ini terjadi. Tanah harus dimaknai sebagai sumber penghidupan bersama atau komunal bukan individual. Baginya, perjuangan Tuan Manullang di Tanah Batak sesungguhnya adalah perjuangan mengikut perintah Allah. Pemahaman tersebut menjadi bukti keberpihakan STT HKBP Pematangsiantar terhadap perjuangan komunitas-komunitas masyarakat adat di Tanah Batak yang sedang memperjuangkan hak-hak tradisionalnya.

Baca Juga

DPRD Simalungun Gelar Rapat Pansus Bahas Banjir Parapat, TPL Disebut Sebagai Penyebab Utama.

Nestapa Buruh Harian Lepas dalam Sistem yang Dikendalikan

“Orang yang kehilangan tanah maka akan kehilangan identitas sebagai umat Allah”, sebut Dr. Hulman Sinaga, seorang ahli Perjanjian Lama tersebut.

Senada dengan pernyataan tersebut, Pdt. Dr. Langsung Sitorus seorang Emeritus Ephorus HKI tampaknya begitu mengenal Tuan Manullang secara dekat melalui buku-buku yang dibacanya. Ia meyakini bahwa Tuan Manullang adalah pengikut Sisingamangaraja dan tetap memegang prinsip yang dimiliki Sisingamangaraja untuk mempertahankan Tanah Batak dari penjajahan dan perbudakan. Tuan Manullang melakukan pengorganisasian di Tanah Batak, ia berjalan kaki dari Sibolga hingga Tarutung dan melakukan diskusi di kampung-kampung untu mendirikan Hatopan Kristen Batak (HKB) yang terinspirasi dari Sarekat Islam. Organisasi ini diharapkan menjadi wadah perjuangan orang Kristen Batak untuk mempertahankan Tanah Batak dari kolonial.

Pada masa itu, Belanda mengatakan bahwa lebih baik Tanah Batak dijadikan perkebunan daripada  kosong dan tidak produktif tetapi Tuan Manullang berterus terang bahwa padang-padang adalah tempat makan kerbau, dan hutan adalah tempat tumbuhnya haminjon. Benar pula bahwa sejak ratusan tahun lalu, orang Batak telah hidup dari hasil hutan seperti haminjon dan mengandalkan parjampalan (pada rumput) untuk mengembala ternak. “Sangat hina mereka yang mendukung pelepasan tanah untuk memperkaya diri sendiri”, ucap Dr. Langsung Sitorus.

Tuan Manullang tidak hanya dekat dengan isu-isu agraria dan gereja, tetapi Ia juga telah mendirikan sepuluh sekolah Methodist di Jawa dan menurunkan biaya sekolah yang sebelumnya berjumlah 2,5 gulden menjadi 25 sen. Lalu Tuan Manullang dituduh korupsi dan dikeluarkan, hal tersebut yang membuat Tuan Manullang kembali ke Tanah Batak.

Rocky Pasaribu dari KSPPM yang menjadi fasilitator dalam diskusi ini juga menyampaikan bahwa Tanah Batak hari ini juga sedang direbut oleh industri, masyarakat adat hari ini sedang melanjutkan perjuangan Tuan Manullang. Tanah Batak yang dulu dipertahankan Tuan Manullang telah dirusak oleh perusahaan rakus tanah, hutan yang dulu diperjuangkan Tuan Manullang agar tidak dijadikan perkebunan kini telah menjadi perkebunan eucalyptus dan mengusir masyarakat adat Batak dari tanahnya. Tidak hanya itu, hulu sungai mengering dan Danau Toba semakin menyurut. Berbagai kebijakan yang top-down telah memiskinkan masyarakat adat Batak.

“Kini,  gereja dan kampus-kampus harus melanjutkan perjuangan Tuan Manullang bersama-sama dengan masyarakat adat. Berbagai praktik pemiskinan dan upaya kriminalisasi dialami masyarakat adat karena memperjuangkan tanah, hal ini juga dialami oleh Tuan Manullang. Mari kita lanjutkan spirit perjuangan beliau”, tambah Rocky.

  • Baca juga tulisan menarik lainnya dari
  • Romian Siagian
  • atau artikel terkait
  • Berita, Wilayah Lainnya

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Sebelumnya

Naposo Pature Bona: Organisasi Petani Muda Tano Batak Terbentuk di Silangit

Artikel Berikutnya

Kebijakan yang Kontradiktif dalam Mengatasi Perubahan Iklim

Tuan Manullang: Kemandirian Gereja dan Gerakan Agraria
  • Oleh:
  • Romian Siagian
  • •
  • 26 Agustus 2023
Reading Time: 4 mins read
A A

Rabu, 16 Agustus 2023, KSPPM bersama Sekolah Tinggi Theologia (STT) HKBP Pematangsiantar, Huria Kristen Indonesia (HKI), dan Toba Initiatives melakukan diskusi Tuan Manullang : Kemandirian Gereja dan Gerakan Agraria di Aula STT Pematangsiantar. Kegiatan ini dihadiri oleh 150 mahasiswa STT HKBP Pematangsiantar, dosen, para pendeta, dan masyarakat sipil. Diskusi ini dilakukan untuk merefleksikan kembali perjuangan Tuan Manullang mempertahankan Tanah Batak pada masa kolonial, diskusi ini relevan untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia, karena banyak pihak sedang memperjuangkan agar Tuan Manullang dijadikan pahlawan nasional karena turut berkontribusi mengusir penjajah dari Indonesia.

Dian Purba dari Toba Initiatives, menjelaskan bagaimana Tuan Manullang melakukan perlawanan dan terus mengikuti kekristenannya. Para peserta dibuat terpesona pada sejarah hidup Tuan Manullang serta gerakan-gerakan yang dilakukannya. Perspektif sejarah yang disampaikan Dian Purba telah ‘meluruskan’ berbagai fakta sejarah yang selama ini disalah paham oleh orang Batak. Kisah hidup Tuan Manullang dan spirit perlawanan yang sangat berpengaruh berasal dari Sisingamangara, yang mana masa kecil Tuan Manullang sangat dekat dengan Sisingamangaraja, seorang pahlawan dari Tanah Batak.

Pdt. Dr. Hulman Sinaga, M.Th selaku Ketua STT HKBP Pematangsiantar juga memiliki refleksi yang mendalam mengenai Tuan Manullang dan pemaknaan atas tanah menurut kitab Perjanjian Lama. Benar pula bahwa kitab Perjanjian Lama lebih banyak membahas persoalan bumi termasuk tanah dibandingkan membahas persoalan surgawi  karena baginya, tanah adalah persoalan yang penting di Perjanjian Lama. Perebutan tanah dan perjuangan mempertahankan tanah di Israellah yang paling banyak dibahas di kitab tersebut.  Gagasan utama perjanjian lama menurut Dr. Hulman Sinaga adalah, tanah tidak boleh diperalat untuk menindas orang lain dan tanah tidak boleh menumpuk ditangan satu orang seperti praktik konsesi yang hari ini terjadi. Tanah harus dimaknai sebagai sumber penghidupan bersama atau komunal bukan individual. Baginya, perjuangan Tuan Manullang di Tanah Batak sesungguhnya adalah perjuangan mengikut perintah Allah. Pemahaman tersebut menjadi bukti keberpihakan STT HKBP Pematangsiantar terhadap perjuangan komunitas-komunitas masyarakat adat di Tanah Batak yang sedang memperjuangkan hak-hak tradisionalnya.

Baca Juga

DPRD Simalungun Gelar Rapat Pansus Bahas Banjir Parapat, TPL Disebut Sebagai Penyebab Utama.

Nestapa Buruh Harian Lepas dalam Sistem yang Dikendalikan

“Orang yang kehilangan tanah maka akan kehilangan identitas sebagai umat Allah”, sebut Dr. Hulman Sinaga, seorang ahli Perjanjian Lama tersebut.

Senada dengan pernyataan tersebut, Pdt. Dr. Langsung Sitorus seorang Emeritus Ephorus HKI tampaknya begitu mengenal Tuan Manullang secara dekat melalui buku-buku yang dibacanya. Ia meyakini bahwa Tuan Manullang adalah pengikut Sisingamangaraja dan tetap memegang prinsip yang dimiliki Sisingamangaraja untuk mempertahankan Tanah Batak dari penjajahan dan perbudakan. Tuan Manullang melakukan pengorganisasian di Tanah Batak, ia berjalan kaki dari Sibolga hingga Tarutung dan melakukan diskusi di kampung-kampung untu mendirikan Hatopan Kristen Batak (HKB) yang terinspirasi dari Sarekat Islam. Organisasi ini diharapkan menjadi wadah perjuangan orang Kristen Batak untuk mempertahankan Tanah Batak dari kolonial.

Pada masa itu, Belanda mengatakan bahwa lebih baik Tanah Batak dijadikan perkebunan daripada  kosong dan tidak produktif tetapi Tuan Manullang berterus terang bahwa padang-padang adalah tempat makan kerbau, dan hutan adalah tempat tumbuhnya haminjon. Benar pula bahwa sejak ratusan tahun lalu, orang Batak telah hidup dari hasil hutan seperti haminjon dan mengandalkan parjampalan (pada rumput) untuk mengembala ternak. “Sangat hina mereka yang mendukung pelepasan tanah untuk memperkaya diri sendiri”, ucap Dr. Langsung Sitorus.

Tuan Manullang tidak hanya dekat dengan isu-isu agraria dan gereja, tetapi Ia juga telah mendirikan sepuluh sekolah Methodist di Jawa dan menurunkan biaya sekolah yang sebelumnya berjumlah 2,5 gulden menjadi 25 sen. Lalu Tuan Manullang dituduh korupsi dan dikeluarkan, hal tersebut yang membuat Tuan Manullang kembali ke Tanah Batak.

Rocky Pasaribu dari KSPPM yang menjadi fasilitator dalam diskusi ini juga menyampaikan bahwa Tanah Batak hari ini juga sedang direbut oleh industri, masyarakat adat hari ini sedang melanjutkan perjuangan Tuan Manullang. Tanah Batak yang dulu dipertahankan Tuan Manullang telah dirusak oleh perusahaan rakus tanah, hutan yang dulu diperjuangkan Tuan Manullang agar tidak dijadikan perkebunan kini telah menjadi perkebunan eucalyptus dan mengusir masyarakat adat Batak dari tanahnya. Tidak hanya itu, hulu sungai mengering dan Danau Toba semakin menyurut. Berbagai kebijakan yang top-down telah memiskinkan masyarakat adat Batak.

“Kini,  gereja dan kampus-kampus harus melanjutkan perjuangan Tuan Manullang bersama-sama dengan masyarakat adat. Berbagai praktik pemiskinan dan upaya kriminalisasi dialami masyarakat adat karena memperjuangkan tanah, hal ini juga dialami oleh Tuan Manullang. Mari kita lanjutkan spirit perjuangan beliau”, tambah Rocky.

  • Baca juga tulisan menarik lainnya dari
  • Romian Siagian
  • atau artikel terkait
  • Berita, Wilayah Lainnya

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Sebelumnya

Naposo Pature Bona: Organisasi Petani Muda Tano Batak Terbentuk di Silangit

Artikel Berikutnya

Kebijakan yang Kontradiktif dalam Mengatasi Perubahan Iklim

Related Articles

DPRD Simalungun Gelar Rapat Pansus Bahas Banjir Parapat, TPL Disebut Sebagai Penyebab Utama.

DPRD Simalungun Gelar Rapat Pansus Bahas Banjir Parapat, TPL Disebut Sebagai Penyebab Utama.

29 April 2025
Nestapa Buruh Harian Lepas dalam Sistem yang Dikendalikan

Nestapa Buruh Harian Lepas dalam Sistem yang Dikendalikan

8 April 2025
Pimpinan DPRD Taput:  PT TPL harus menghentikan aktivitas di Wilayah Adat Onan Harbangan

Pimpinan DPRD Taput: PT TPL harus menghentikan aktivitas di Wilayah Adat Onan Harbangan

3 Februari 2025
Demi Pendudukan yang Terorganisir: Bona Taon Komunitas Golat Naibaho 2025

Demi Pendudukan yang Terorganisir: Bona Taon Komunitas Golat Naibaho 2025

3 Februari 2025
Tanah dan Kehidupan: Transformasi Strategi Perjuangan Masyarakat Adat dengan Inisiatif DaMaRA dalam Bona Taon Komunitas Golat Simbolon

Tanah dan Kehidupan: Transformasi Strategi Perjuangan Masyarakat Adat dengan Inisiatif DaMaRA dalam Bona Taon Komunitas Golat Simbolon

3 Februari 2025
Surat Petani Food Estate Ria-Ria kepada Pemerintah di Jakarta

Surat Petani Food Estate Ria-Ria kepada Pemerintah di Jakarta

27 Januari 2025

Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat. Pada tahun 1984, pendahulu kami sangat prihatin dan peduli terhadap realitas kemiskinan, pelanggaran dan kekerasan terhadap hak asasi manusia, serta dampak buruk yang ditimbulkan pembangunan di Indonesia…Selengkapnya 

  • Girsang 1, Kec. Girsang Sipangan Bolon, Kab. Simalungun - Parapat, Sumatera Utara 21174
  • pksppm@yahoo.com
  • +0625 42393
Facebook Instagram X-twitter Youtube

Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat. Pada tahun 1984, pendahulu kami sangat prihatin dan peduli terhadap realitas kemiskinan, pelanggaran dan kekerasan terhadap hak asasi manusia, serta dampak buruk yang ditimbulkan pembangunan di Indonesia…Selengkapnya 

  • Girsang 1, Kec. Girsang Sipangan Bolon, Kab. Simalungun - Parapat, Sumatera Utara 21174
  • pksppm@yahoo.com
  • +0625 42393
Facebook Instagram X-twitter Youtube
© Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat - KSPPM. All Rights Reserved.
Home
Home
Buletin
Buletin
Channel
Channel
Explore
Explore
No Result
View All Result
en English id Indonesian
  • Beranda
  • Profile
    • Visi dan Misi
    • Profil KSPPM
    • Tentang KSPPM
    • Struktur Organisasi
    • Pelaksana Program
    • Staff
    • Badan Pendiri
  • Berita
    • Samosir
    • Toba
    • Tapanuli Utara
    • Humbahas
    • Liputan Media
    • Wilayah Lainnya
  • Buletin Prakarsa