Rabu, 3 Mei 2023, bencana ekologis banjir bandang menerpa 2 Desa di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir. Sebelum kejadian, hujan deras mulai turun pada pukul 21.00 WIB. Alni Simbolon menceritakan bahwa sebelum datang banjir bandang hujan deras mulai turun pada pukul 21.00 WIB dan air mulai naik pada pukul 00.00 WIB. Ia mendengar suara batu berjatuhan dari arah bukit. Pada saat kejadian, sedikit warga yang keluar melihat situasi karena pada saat itu hujan turun sangat deras. “Saya katakan kepada keluarga saya ayo kita mengungsi ke dusun sebelah tetapi air sudah naik memenuhi parit dan sampai ke jembatan lumban galung. Keesokan paginya, barulah warga melihat lahan pertaniannya masing-masing, dan ternyata material longsor seperti kayu, lumpur dan pasir sudah memasuki lahan pertanian warga. Setelah banjir saya masih khawatir bagaimana jika terjadi banjir beberapa hari lagi, kemungkinan besar masuk ke rumah kami”, jelasnya sambil menangis.
Akibat banjir bandang, sekitar ±15 ha lahan yang sudah ditanami kopi, bawang, cabe dan jagung mengalami gagal panen. Banjir bandang juga mengakibatkan terputusnya pipa air warga sehingga masyarakat Desa Siboro dan Hutagurgur harus pergi ke sungai untuk mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari. Hingga saat ini, pipa air belum tersambung dengan baik.
Op. Rinal Limbong mengatakan bahwa diatas Desa Hutagurgur terdapat 3 aliran sungai yaitu Binanga Bolon, Binanga Burian Pat dan Binanga Sitatapan. Kejadian serupa pernah terjadi pada tahun 2017 dan berasal dari titik yang sama yaitu Binanga Sitatapan. Pada saat itu, diperkirakan banjir terjadi karena Hutan Tele sudah dirusak oleh salah satu perusahaan yang mengubah fungsi hutan.
Pada saat kejadian banjir tahun 2017, Pemerintah Daerah sudah melakukan normalisasi sungai Lumban Galung. Parulian Sianturi mengatakan bahwa banjir kali ini terjadi karena besarnya volume air yang datang dari Binanga Sitatapan yang mengalir melalui Binanga Lumban Galung. Sementara itu, ditengah-tengah lahan pertanian warga ada satu titik dimana bertemunya aliran sungai Binanga Lumban Galung dan Binanga Huta Balian yang berasal dari wilayah Limbong. Pertemuan kedua aliran sungai ini dinamai warga Binanga Partompuran.
Ama Sumber Siboro saat dijumpai di lahan pertaniannya yang rusak parah mengatakan bahwa normalisasi sungai yang sudah dilakukan Pemerintah Daerah kurang efektif untuk mencegah banjirr. Saat itu, normalisasi sungai dilakukan dengan mengeruk sungai dan membedengi pinggiran sungai dengan susunan batu tetapi beliau merasa seharusnya pinggirannya dicor agar lebih baik.Normalilasi pada saat itu pun memakan waktu 6 bulan seteah pengajuan. “Saya berharap penanganan kali ini lebih cepat dan lebih baik dari sebelumnya”, jelasnya.
Tidak hanya itu, banjir bandang juga mengakibatkan 3 rumah rusak dan amblas ke danau; rumah milik mantan Kepala Desa Siboro, Ama Jetlin Siboro dan milik Nai Bella Siboro. Selain itu, ada sebuah rumah retak dindingnya akibat goncangan longsor dari bukit. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut tetapi kerugian mencapai satu milyar rupiah. Hal tersebut dikarenakan adanya barang-barang yang ikut tenggelam seperti satu dum truk, satu mobil pick up, dan satu mesin penggiling jagung.
Menurut keterangan Ama Jetlin Siboro, saat kejadian posisi beliau sedang berada di Kabanjahe dan mengingat betul memarkirkan mobil yang hilang itu sebelum pergi. Sedangkan keluarga yang berada di rumah karena mendengar gemuruh langsung menyelamatkan diri ke rumah warga diseberang sambil mencari supir untuk memindahkan mobil yang terparkir, tetapi naas, saat kembali mobil sudah tidak ada di lokasi parkir dan jembatan sudah putus. Amblasnya tanah sepanjang 10 meter dari perairan Danau Toba mengakibatkan hilangnya jembatan dan terputusnya akses jalan ke rumah korban.
Sementara itu, Nai Nelly Sagala mengatakan bahwa sejak kejadian banjir bandang, lahan pertaniannya rusak parah dan dia mengalami gagal panen. Bendungan yang rusak juga membuat aliran irigasi terhambat sehingga persawahan yang sudah memasuki 4 bulan masa tanam mengalami gagal panen Sementara itu, material banjir yang masuk kedalam lahan pertanian sangat sulit dibersihkan. Dia berharap ada bantuan dari Pemkab Samosir untuk petani yang menjadi korban banjir untuk segera melakukan tanggap cepat terhadap bencana ekologis yang mereka alami supaya lahan pertanian yang rusak bisa dipulihkan dan mereka bisa bertanam kembali.
Jadiaman Sagala selaku natua tua ni huta (orang yang dituakan di huta) juga menceritakan bahwa kejadian banjir seperti ini sudah pernah terjadi pada tahun 70-an, tahun 2017 dan tahun 2023. Dia mengatakan bahwa ketiga aliran sungai dari tombak (hutan) memiliki aliran yang berbeda. Banjir kali ini sama seperti tahun 2017, berasal dari Binanga Sitatapan. Jadiaman Sagala mengatakan bahwa aliran Binanga Sitatapan berasal dari Simallobu Kec. Dairi.