ksppm
  • Beranda
  • Profile
    • Visi dan Misi
    • Profil KSPPM
    • Tentang KSPPM
    • Struktur Organisasi
    • Pelaksana Program
    • Staff
    • Badan Pendiri
  • Berita
    • Samosir
    • Toba
    • Tapanuli Utara
    • Humbahas
    • Liputan Media
    • Wilayah Lainnya
  • Buletin Prakarsa
Donation
No Result
View All Result
en English id Indonesian
ksppm
  • Beranda
  • Profile
    • Visi dan Misi
    • Profil KSPPM
    • Tentang KSPPM
    • Struktur Organisasi
    • Pelaksana Program
    • Staff
    • Badan Pendiri
  • Berita
    • Samosir
    • Toba
    • Tapanuli Utara
    • Humbahas
    • Liputan Media
    • Wilayah Lainnya
  • Buletin Prakarsa
Donation
No Result
View All Result
en English id Indonesian
ksppm
Donation
Kunjungan Pastoral : Menguatkan Natinggir Yang Sedang Terluka
  • Oleh:
  • Delima Pdg
  • •
  • 13 Agustus 2025
Kunjungan Pastoral : Menguatkan Natinggir Yang Sedang Terluka
Reading Time: 2 mins read
A A

07 Agustus 2025 menjadi hari yang tak akan dilupakan oleh Komunitas Masyarakat Adat Op. Raja Nasomalomarhohos Natinggir, Desa Simare, Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba, Sumatera Utara. Pagi itu, tanah adat mereka kembali dikepung, diserbu, dan dirusak oleh kekuatan besar yang datang membawa, bibit eukaliptus, dan pasukan pendukung. Di balik semua itu, berdirilah nama yang sudah lama menjadi momok di Tano Batak: PT Toba Pulp Lestari (TPL).

Perusahaan ini, yang dulunya bernama PT Inti Indorayon Utama, sudah hampir empat dekade bercokol di tanah Batak. Sejak awal, kehadirannya lebih sering menimbulkan konflik ketimbang manfaat. Bukan hanya kerusakan alam yang mereka tinggalkan, tapi juga jejak kerusuhan, kehilangan ruang hidup, bahkan ratusan nyawa yang melayang.

Kerusuhan Kamis itu tidak sekadar menyisakan luka fisik dan kerusakan fasilitas. Yang lebih mengerikan adalah luka batin yang membekas di hati warga, terutama anak-anak yang sebagian besar masih di bawah umur. Mereka tumbuh dengan rasa takut, kehilangan rasa aman, dan terancam kehilangan tanah warisan leluhur—satu-satunya sumber hidup mereka.

Baca Juga

Dialog Publik Hari Tani Nasional di Samosir

Masyarakat Adat Mengadu ke Komisi XIII DPR RI

Di atas lahan yang mereka tanami dengan padi, jahe, dan berbagai tanaman pangan, berdiri tegak bibit-bibit eukaliptus milik perusahaan. Seakan sengaja, perusahaan menanamnya di atas hasil kerja warga. Perlawanan? Hampir mustahil. “Jika saat ini kami melawan mereka yang ratusan, sedangkan kami hanya puluhan orang, jelas kami hanya akan memberikan nyawa kami,” tutur Rudolf Pasaribu dengan mata basah.

Suara tangis dan keluhan para ibu terdengar di setiap sudut kampung:“Kemana kami? Apa yang harus kami lakukan? Bagaimana nasib kami ke depan? Kenapa tidak ada kepedulian pemerintah kepada kami? Apa yang salah, Tuhan?”

Anak-anak yang seharusnya bermain dan belajar kini memendam trauma. Para petani resah memikirkan masa depan. Sebab 100% kehidupan mereka bergantung pada hasil pertanian. Bila tanah ini jatuh ke tangan perusahaan, habislah sumber penghidupan mereka. Ironisnya, pemerintah yang dulu memuji mereka sebagai kelompok tani terbaik di Kabupaten Toba—penyuplai jahe terbesar—kini bungkam seolah tuli dan buta.

Rumah yang mestinya menjadi tempat berlindung kini diselimuti ketakutan. Setiap mobil asing yang lewat memicu kecemasan. Warga mengaku, tubuh mereka memang masih berdiri, tapi jiwa mereka terguncang. Trauma itu belum pulih. Ancaman dan intimidasi masih bergema di kepala. “Kami sudah tak punya ruang untuk mengadu,” ungkap Rumenti Pasaribu lirih.

 

Dokumentasi KSPPM

Di tengah kegelapan itu, secercah harapan datang. Ephorus HKI Firman Sibarani, M.Th, bersama sejumlah pendeta dari berbagai denominasi, datang mengunjungi Natinggir. Mereka melihat langsung luka yang ditinggalkan kerusuhan. Acara diawali ibadah penguatan, lalu masyarakat menceritakan kronologi kejadian. Air mata jatuh bukan hanya dari warga, tetapi juga dari para tamu yang mendengar.

Sebagai simbol doa pengharapan, para pimpinan gereja menyerahkan beras Sipir Ni Tondi kepada warga. Pesan-pesan penguatan disampaikan, salah satunya melalui kisah Kebun Anggur Nabot dari Kitab 1 Raja-raja 21:1–10—tentang mempertahankan tanah meski nyawa menjadi taruhannya. “Tuhan menciptakan tanah hanya sekali. Tanah tidak akan bertambah, sementara manusia akan terus bertambah. Karena itu, perjuangan harus dirawat. Api perlawanan jangan padam. Lawanlah tanpa kekerasan, dengan kebijaksanaan dari Tuhan,” pesan mereka.

Pemberian Beras Sipir Ni Tondi kepada Masyarakat Adat Ompu Naso Malo Marhohos Natinggir oleh Pimpinan Gereja | Dokumentasi KSPPM

Para pendeta juga mengingatkan bahwa gereja tidak boleh hanya menjadi penonton dalam menghadapi ketidakadilan. Gereja harus hadir, membawa damai, sekaligus memperjuangkan hak-hak masyarakat. Bukan hanya untuk mengunjungi, tapi juga untuk menyusun strategi bersama demi memastikan pemerintah tidak lagi menutup mata.

Ephorus menutup dengan ayat Amsal 31:8–9: “Bukalah mulutmu untuk orang yang bisu, untuk hak semua orang yang merana. Bukalah mulutmu, ambillah keputusan secara adil, dan berikanlah kepada yang tertindas dan yang miskin hak mereka.” Pesan itu menjadi pengingat bahwa diam adalah bentuk pengkhianatan terhadap keadilan. Di Natinggir, air mata belum berhenti mengalir, tapi api perjuangan—meski kecil—masih menyala

 

  • Baca juga tulisan menarik lainnya dari
  • Delima Pdg
  • atau artikel terkait
  • Berita, Toba, Uncategorized

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Sebelumnya

Mauas di Toru Sampuran

Artikel Berikutnya

Desak Pemerintah Hentikan Kekerasan

Kunjungan Pastoral : Menguatkan Natinggir Yang Sedang Terluka
  • Oleh:
  • Delima Pdg
  • •
  • 13 Agustus 2025
Reading Time: 2 mins read
A A

07 Agustus 2025 menjadi hari yang tak akan dilupakan oleh Komunitas Masyarakat Adat Op. Raja Nasomalomarhohos Natinggir, Desa Simare, Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba, Sumatera Utara. Pagi itu, tanah adat mereka kembali dikepung, diserbu, dan dirusak oleh kekuatan besar yang datang membawa, bibit eukaliptus, dan pasukan pendukung. Di balik semua itu, berdirilah nama yang sudah lama menjadi momok di Tano Batak: PT Toba Pulp Lestari (TPL).

Perusahaan ini, yang dulunya bernama PT Inti Indorayon Utama, sudah hampir empat dekade bercokol di tanah Batak. Sejak awal, kehadirannya lebih sering menimbulkan konflik ketimbang manfaat. Bukan hanya kerusakan alam yang mereka tinggalkan, tapi juga jejak kerusuhan, kehilangan ruang hidup, bahkan ratusan nyawa yang melayang.

Kerusuhan Kamis itu tidak sekadar menyisakan luka fisik dan kerusakan fasilitas. Yang lebih mengerikan adalah luka batin yang membekas di hati warga, terutama anak-anak yang sebagian besar masih di bawah umur. Mereka tumbuh dengan rasa takut, kehilangan rasa aman, dan terancam kehilangan tanah warisan leluhur—satu-satunya sumber hidup mereka.

Baca Juga

Dialog Publik Hari Tani Nasional di Samosir

Masyarakat Adat Mengadu ke Komisi XIII DPR RI

Di atas lahan yang mereka tanami dengan padi, jahe, dan berbagai tanaman pangan, berdiri tegak bibit-bibit eukaliptus milik perusahaan. Seakan sengaja, perusahaan menanamnya di atas hasil kerja warga. Perlawanan? Hampir mustahil. “Jika saat ini kami melawan mereka yang ratusan, sedangkan kami hanya puluhan orang, jelas kami hanya akan memberikan nyawa kami,” tutur Rudolf Pasaribu dengan mata basah.

Suara tangis dan keluhan para ibu terdengar di setiap sudut kampung:“Kemana kami? Apa yang harus kami lakukan? Bagaimana nasib kami ke depan? Kenapa tidak ada kepedulian pemerintah kepada kami? Apa yang salah, Tuhan?”

Anak-anak yang seharusnya bermain dan belajar kini memendam trauma. Para petani resah memikirkan masa depan. Sebab 100% kehidupan mereka bergantung pada hasil pertanian. Bila tanah ini jatuh ke tangan perusahaan, habislah sumber penghidupan mereka. Ironisnya, pemerintah yang dulu memuji mereka sebagai kelompok tani terbaik di Kabupaten Toba—penyuplai jahe terbesar—kini bungkam seolah tuli dan buta.

Rumah yang mestinya menjadi tempat berlindung kini diselimuti ketakutan. Setiap mobil asing yang lewat memicu kecemasan. Warga mengaku, tubuh mereka memang masih berdiri, tapi jiwa mereka terguncang. Trauma itu belum pulih. Ancaman dan intimidasi masih bergema di kepala. “Kami sudah tak punya ruang untuk mengadu,” ungkap Rumenti Pasaribu lirih.

 

Dokumentasi KSPPM

Di tengah kegelapan itu, secercah harapan datang. Ephorus HKI Firman Sibarani, M.Th, bersama sejumlah pendeta dari berbagai denominasi, datang mengunjungi Natinggir. Mereka melihat langsung luka yang ditinggalkan kerusuhan. Acara diawali ibadah penguatan, lalu masyarakat menceritakan kronologi kejadian. Air mata jatuh bukan hanya dari warga, tetapi juga dari para tamu yang mendengar.

Sebagai simbol doa pengharapan, para pimpinan gereja menyerahkan beras Sipir Ni Tondi kepada warga. Pesan-pesan penguatan disampaikan, salah satunya melalui kisah Kebun Anggur Nabot dari Kitab 1 Raja-raja 21:1–10—tentang mempertahankan tanah meski nyawa menjadi taruhannya. “Tuhan menciptakan tanah hanya sekali. Tanah tidak akan bertambah, sementara manusia akan terus bertambah. Karena itu, perjuangan harus dirawat. Api perlawanan jangan padam. Lawanlah tanpa kekerasan, dengan kebijaksanaan dari Tuhan,” pesan mereka.

Pemberian Beras Sipir Ni Tondi kepada Masyarakat Adat Ompu Naso Malo Marhohos Natinggir oleh Pimpinan Gereja | Dokumentasi KSPPM

Para pendeta juga mengingatkan bahwa gereja tidak boleh hanya menjadi penonton dalam menghadapi ketidakadilan. Gereja harus hadir, membawa damai, sekaligus memperjuangkan hak-hak masyarakat. Bukan hanya untuk mengunjungi, tapi juga untuk menyusun strategi bersama demi memastikan pemerintah tidak lagi menutup mata.

Ephorus menutup dengan ayat Amsal 31:8–9: “Bukalah mulutmu untuk orang yang bisu, untuk hak semua orang yang merana. Bukalah mulutmu, ambillah keputusan secara adil, dan berikanlah kepada yang tertindas dan yang miskin hak mereka.” Pesan itu menjadi pengingat bahwa diam adalah bentuk pengkhianatan terhadap keadilan. Di Natinggir, air mata belum berhenti mengalir, tapi api perjuangan—meski kecil—masih menyala

 

  • Baca juga tulisan menarik lainnya dari
  • Delima Pdg
  • atau artikel terkait
  • Berita, Toba, Uncategorized

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Sebelumnya

Mauas di Toru Sampuran

Artikel Berikutnya

Desak Pemerintah Hentikan Kekerasan

Related Articles

Dialog Publik Hari Tani Nasional di Samosir

Dialog Publik Hari Tani Nasional di Samosir

2 Oktober 2025
Masyarakat Adat Mengadu ke Komisi XIII DPR RI

Masyarakat Adat Mengadu ke Komisi XIII DPR RI

9 September 2025
PACDR: Kelompok Subur Tani Desa Buntu Mauli Dorong Aksi Nyata Pemerintah.

PACDR: Kelompok Subur Tani Desa Buntu Mauli Dorong Aksi Nyata Pemerintah.

6 September 2025
Aksi di depan kantor Bupati Toba, Balige

Desak Pemerintah Hentikan Kekerasan

16 Agustus 2025

Mauas di Toru Sampuran

13 Agustus 2025
Tindakan PT TPL di Wilayah Adat Natinggir

Tindakan PT TPL di Wilayah Adat Natinggir

13 Agustus 2025

Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat. Pada tahun 1984, pendahulu kami sangat prihatin dan peduli terhadap realitas kemiskinan, pelanggaran dan kekerasan terhadap hak asasi manusia, serta dampak buruk yang ditimbulkan pembangunan di Indonesia…Selengkapnya 

  • Girsang 1, Kec. Girsang Sipangan Bolon, Kab. Simalungun - Parapat, Sumatera Utara 21174
  • pksppm@yahoo.com
  • +0625 42393
Facebook Instagram X-twitter Youtube

Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat. Pada tahun 1984, pendahulu kami sangat prihatin dan peduli terhadap realitas kemiskinan, pelanggaran dan kekerasan terhadap hak asasi manusia, serta dampak buruk yang ditimbulkan pembangunan di Indonesia…Selengkapnya 

  • Girsang 1, Kec. Girsang Sipangan Bolon, Kab. Simalungun - Parapat, Sumatera Utara 21174
  • pksppm@yahoo.com
  • +0625 42393
Facebook Instagram X-twitter Youtube
© Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat - KSPPM. All Rights Reserved.
Home
Home
Buletin
Buletin
Channel
Channel
Explore
Explore
No Result
View All Result
en English id Indonesian
  • Beranda
  • Profile
    • Visi dan Misi
    • Profil KSPPM
    • Tentang KSPPM
    • Struktur Organisasi
    • Pelaksana Program
    • Staff
    • Badan Pendiri
  • Berita
    • Samosir
    • Toba
    • Tapanuli Utara
    • Humbahas
    • Liputan Media
    • Wilayah Lainnya
  • Buletin Prakarsa