Aliansi Gerak TUTUP TPL memperingati hari kemerdekaan Indonesia dengan caranya sendiri, yakni berdiskusi dan menanam pohon. Kegiatan ini dilaksanakan di Huta Natinggir, Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba. Tema yang dipilih adalah “Merdeka dari Rasa Takut”.
Komunitas Masyarakat Adat (MA) dari berbagai kabupaten turut meramaikan acara ini. Mereka datang dari Komunitas Pomparan Op. Raja Nasomalomarhohos Pasaribu (Natinggir), Komunitas Pomparan Op. Raja Enduk Pasaribu (Lintong), Komunitas Lamtoras (Sihaporas), Komunitas Pomparan Op. Bolus Simanjuntak (Huta Mamukka), Komunitas Dolok Parmonangan, Komunitas MHA Nagasaribu Onan Harbangan, Komunitas Pomparan Op. Pangomban Bosi Simanjuntak (Parpatihan), Komunitas Pomparan Op. Sunggu Barita Pasaribu (Janji Maria), dan Komunitas MA Natumingka. Selain itu, KSPPM dan AMAN Tano Batak juga turut hadir. Kodim dan Polres Toba pun menyaksikan acara tersebut.
Huta Natinggir dipilih sebagai lokasi karena Komunitas tersebut beberapa minggu lalu menerima surat panggilan dari Polres Toba karena dituduh melakukan pengrusakan. Komunitas tersebut tidak memenuhi panggilan karena mereka merasa tidak melakukan pengrusakan sebab yang mereka lakukan hanyalah merebut tanah yang menjadi haknya. Huta Natinggir dianggap cocok dengan tema kegiatan ini.
Kegiatan dimulai dengan penaikan bendera yang dilanjutkan dengan penanaman pohon di lahan yang bersengketa dengan PT TPL. Lokasi tersebut dipilih tentu karena sekitar dua minggu lalu pihak TPL mengintimidasi masyarakat adat di sana. Kegiatan menanam pohon dilakukan sebagai bentuk perlawanan dan untuk memberi tahu bahwa TPL dilarang beroperasi di lahan tersebut.
Pohon yang ditanam adalah pohon alam seperti haminjon (kemenyan) dan hotang (rotan). Sekitar 200 bibit pohon ditanam dengan mengucapkan doa-doa agar pohon tersebut tumbuh dengan subur. Masyarakat adat menganggap haminjon dan hotang sebagai pohon yang cocok ditanam di tanah mereka, sebab selain hasilnya bisa menambah pendapatan keluarga, pohon tersebut juga tidak boros air seperti eucalyptus milik PT TPL. Komunitas Masyarakat Adat Natinggir bermimpi untuk menghutankan kembali lahan tersebut.
Setelah penanaman pohon selesai, kegiatanpun dilanjutkan dengan pemilihan pengurus Aliansi Gerak TUTUP TPL. Pemilihan dilakukan dengan musyawarah. Adapun Ketua Aliansi Gerak TUTUP TPL yang terpilih adalah Thomson Ambarita dari Komunitas MA Lamtoras. Sekretarisnya adalah Maruli Simanjuntak dari Komunitas MA Parpatihan, dan posisi bendahara diduduki oleh Rumenti Pasaribu dari Komunitas MA Natinggir.
Pengurus yang baru sangat antusias untuk melanjutkan gerakan memperjuangkan wilayah adat di Tano Batak. Komitmen dan kerjasama sangat diutamakan untuk mewujudkan cita-cita bersama, yakni tutupnya PT TPL.
“Kita harus merdeka di tanah kita sendiri; bersama-sama kita usir penjajah dari Tano Batak” ujar Ketua Aliansi Gerak TUTUP TPL yang baru.
Setelah pemilihan pengurus aliansi yang baru, seluruh komunitas MA mengucapkan selamat sambil bersalam-salaman. Kemudian, acara ditutup dengan doa.**