ksppm
  • Beranda
  • Profile
    • Visi dan Misi
    • Profil KSPPM
    • Tentang KSPPM
    • Struktur Organisasi
    • Pelaksana Program
    • Staff
    • Badan Pendiri
  • Berita
    • Samosir
    • Toba
    • Tapanuli Utara
    • Humbahas
    • Liputan Media
    • Wilayah Lainnya
  • Buletin Prakarsa
Donation
No Result
View All Result
en English id Indonesian
ksppm
  • Beranda
  • Profile
    • Visi dan Misi
    • Profil KSPPM
    • Tentang KSPPM
    • Struktur Organisasi
    • Pelaksana Program
    • Staff
    • Badan Pendiri
  • Berita
    • Samosir
    • Toba
    • Tapanuli Utara
    • Humbahas
    • Liputan Media
    • Wilayah Lainnya
  • Buletin Prakarsa
Donation
No Result
View All Result
en English id Indonesian
ksppm
Donation
Home Berita
PETANI TERABAIKAN LAGI
  • Oleh:
  • Abadi Aritonang
  • •
  • 16 Agustus 2022
PETANI TERABAIKAN LAGI

Ket. Ketua KT Simargala Maringan P Sedang Memanen Padi. doc ksppm 2022 (Foto Abadi)

Reading Time: 4 mins read
A A

Sebagai negara agraris, Indonesia  mestinya tidak perlu menghadapi masalah pangan. Tetapi nyatanya, pangan semakin menjadi sorotan setiap hari. Petani yang semestinya bertani malah tidak memiliki tanah. Kalaupun punya, luasnya tidak lebih dari setengah hekter, sementara  Undang-Undang (UU) Pokok Agraria menetapkan bahwa petani sejehtera harus memiliki tanah dua hektar. Presiden Jokowi pernah berjanji untuk menciptakan iklim pertanian yang menguntungkan, dan petani harus menjadi profesi yang menjanjikan dan menyejahterakan.[1]

Barangkali, agar petani menjadi profesi yang menjanjikan, pemerintah perlu terlebih dahulu memperhatikan kepemilikan lahan petani itu sendiri. Tanpa luasan lahan yang memadai, petani mustahil bisa sejahtera dan makmur. Luasan lahan yang memadai mesti juga dibarengi penyelesaian persoalan-persolan petani lain yang hingga saat ini belum tuntas, seperti kelangkaan pupuk dan harga panen yang tidak pernah berpihak pada petani.

Kelompok Tani (KT) Sugapa di Desa Maju Kec. Sugampar. KT Sugapa terutama beranggotakan ibu-ibu yang kesehariannya bertanam padi, ubi kayu dan jagung. Setiap hari mereka akan sibuk mengolah tanahnya untuk ditanami. Pertanian adalah sumber utama pendapatan mereka. Oleh karena itu, setiap musim tanam tiba mereka selalu berharap agar tanaman mereka tumbuh baik dan saat musim panen harga berpihak pada mereka.

Baca Juga

DPRD Simalungun Gelar Rapat Pansus Bahas Banjir Parapat, TPL Disebut Sebagai Penyebab Utama.

Nestapa Buruh Harian Lepas dalam Sistem yang Dikendalikan

Mereka sudah beberapa tahun  mengalami betapa harga selalu dihegemoni oleh tengkulak. Mereka hanya bisa pasrah dengan kondisi tersebut karena mereka membutuhkan uang untuk menutupi kebutuhan dapur, pendidikan, kesehatan dan tentunya membayar utang yang sudah jatuh tempo. Inilah realitas sehari-hari petani yang selalu menjadi korban.

Panen kali ini di Desa Maju berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya petani panen pada bulan Mei-Juni, tetapi sekarang panen di bulan Agustus. Petani telah menunda musim tanam karena kemarau yang berkepanjangan dan pupuk yang langka. Hasil panen tahun inipun berbeda dengan panen sebelumnya.

“Panen padi kali ini kurang memuaskan, karena kuantitas dan kualitas berkurang dari sebelumnya, tetapi harga padi naik. Tahun lalu hanya 54.000/ kaleng tetapi sekarang 60.000/ kaleng. Tetapi dengan harga pupuk yang cukup tinggi,  kami petani tetap merugi“ kata Mak Rejeki, Anggota KT Sugapa.

Penurunan hasil panen tidak hanya dialami oleh Mak Rezeki tetapi juga oleh Maringan P, Ketua KT Simargala di Desa Hutanamora karena keterlambatan musim tanam dan musim panen. Panenan menurun karena cuaca yang tak menentu, pupuk yang mahal dan langka serta hama tikus semakin banyak. Beliau juga mengatakan bahwa harga jual padi saat musim panen tiba selalu turun dibandingkan dengan hari-hari biasa. “Harga jual padi sekarang adalah 54.000 ribu/kaleng, padahal pupuk sangat mahal; merungilah kami terus”, tandasnya.  

Refleksi

Masalah-masalah petani saat ini yang tak kunjung mendapatkan solusi yang tepat menandakan ketidakmampuan  pemerintah dalam mewujudkan petani yang berdaulat dan sejahtera. Pemerintah kurang berempati dalam menyelesaikan persoalan petani saat ini. Keluh-kesah petani yang terus-menerus disuarakan tidak mendapatkan respon yang baik dari pemerintah. Petani selalu diberi jawaban: kita usahakan. Petani sudah jenuh dengan alasan-alasan yang tak mendasar dan butuh solusi yang konkrit. 

Misalnya, petani ingin agar harga tidak dihegemoni oleh pemodal dan pasar sehingga petani kecil memiliki posisi tawar dalam menjual hasil panennya. Petani juga ingin agar pemerintah menyediakan pupuk kimia dan organik serta bibit yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Petani juga menginginkan pendidikan bertani dan pemahaman tentang pengendalian hama.

Pemerintah dituntut agar proaktif menindaklanjutinya masalah-masalah yang disampaikan oleh petani agar petani tidak selalu menjadi korban. Ini salah satu penerjemahan sila kelima Pancasila dan UUD 1945 tentang keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang berarti bahwa rakyat Indonesia berhak menikmati kesejahteraan dan keadilan.

Saran

Ditengah kelangkaan dan ketergantungan petani dalam menggunakan pupuk kimia, harusnya pemerintah dan Lembaga-lembaga terkait  hadir dalam mensosialisasikan bahwa  ada pupuk alternative yang bisa petani pergunakan.

Profesor bidang teknologi pangan UGM, Djagal Wiseso, mengatakan bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dan strategis. Tanpa harus impor pupuk dan pangan, pemerintah bisa meningkatkan produksi pangan lokal dengan memberdayakan petani membuat pupuk alternatif dan mengembangkan  pengetahuan petani lokal.

Guru Besar IPB University, Iswandi Anas Chaniago, mengatakan bahwa sebanyak 72% tanah pertanian di Indonesia sudah sakit karena kekurangan bahan organik. Artinya,  tinggal tersisa 28% tanah pertanian yang masih sehat. Apabila pupuk kimia terus-menerus dipergunakan maka kerusakan tanahpun tidak terhindarkan sehingga hasil pertanian pun makin berkurang.

Oleh karena itu, kita perlu menyadari bahwa tanah kita sudah terancam sehingga mengakibatkan pangan yang tidak sehat, lingkungan yang rusak dan rusaknya kearifan lokal. Hanya lewat kesadaran bersama kita bisa memulihkan bumi untuk diwariskan kepada anak-cucu dalam keadaan subur dan sehat.**


[1]https://nasional.kompas.com/read/2021/08/06/12023351/jokowi-janji-ciptakan-sektor-pertanian-yang-menguntungkan

  • Baca juga tulisan menarik lainnya dari
  • Abadi Aritonang
  • atau artikel terkait
  • Berita, Toba

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Sebelumnya

Wajah Pemimpin Muda dari Natinggir

Artikel Berikutnya

Semangat Baru untuk Merdeka di Tanah Sendiri

Home Berita
PETANI TERABAIKAN LAGI
  • Oleh:
  • Abadi Aritonang
  • •
  • 16 Agustus 2022
Ket. Ketua KT Simargala Maringan P Sedang Memanen Padi. doc ksppm 2022 (Foto Abadi)
Reading Time: 4 mins read
A A

Sebagai negara agraris, Indonesia  mestinya tidak perlu menghadapi masalah pangan. Tetapi nyatanya, pangan semakin menjadi sorotan setiap hari. Petani yang semestinya bertani malah tidak memiliki tanah. Kalaupun punya, luasnya tidak lebih dari setengah hekter, sementara  Undang-Undang (UU) Pokok Agraria menetapkan bahwa petani sejehtera harus memiliki tanah dua hektar. Presiden Jokowi pernah berjanji untuk menciptakan iklim pertanian yang menguntungkan, dan petani harus menjadi profesi yang menjanjikan dan menyejahterakan.[1]

Barangkali, agar petani menjadi profesi yang menjanjikan, pemerintah perlu terlebih dahulu memperhatikan kepemilikan lahan petani itu sendiri. Tanpa luasan lahan yang memadai, petani mustahil bisa sejahtera dan makmur. Luasan lahan yang memadai mesti juga dibarengi penyelesaian persoalan-persolan petani lain yang hingga saat ini belum tuntas, seperti kelangkaan pupuk dan harga panen yang tidak pernah berpihak pada petani.

Kelompok Tani (KT) Sugapa di Desa Maju Kec. Sugampar. KT Sugapa terutama beranggotakan ibu-ibu yang kesehariannya bertanam padi, ubi kayu dan jagung. Setiap hari mereka akan sibuk mengolah tanahnya untuk ditanami. Pertanian adalah sumber utama pendapatan mereka. Oleh karena itu, setiap musim tanam tiba mereka selalu berharap agar tanaman mereka tumbuh baik dan saat musim panen harga berpihak pada mereka.

Baca Juga

DPRD Simalungun Gelar Rapat Pansus Bahas Banjir Parapat, TPL Disebut Sebagai Penyebab Utama.

Nestapa Buruh Harian Lepas dalam Sistem yang Dikendalikan

Mereka sudah beberapa tahun  mengalami betapa harga selalu dihegemoni oleh tengkulak. Mereka hanya bisa pasrah dengan kondisi tersebut karena mereka membutuhkan uang untuk menutupi kebutuhan dapur, pendidikan, kesehatan dan tentunya membayar utang yang sudah jatuh tempo. Inilah realitas sehari-hari petani yang selalu menjadi korban.

Panen kali ini di Desa Maju berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya petani panen pada bulan Mei-Juni, tetapi sekarang panen di bulan Agustus. Petani telah menunda musim tanam karena kemarau yang berkepanjangan dan pupuk yang langka. Hasil panen tahun inipun berbeda dengan panen sebelumnya.

“Panen padi kali ini kurang memuaskan, karena kuantitas dan kualitas berkurang dari sebelumnya, tetapi harga padi naik. Tahun lalu hanya 54.000/ kaleng tetapi sekarang 60.000/ kaleng. Tetapi dengan harga pupuk yang cukup tinggi,  kami petani tetap merugi“ kata Mak Rejeki, Anggota KT Sugapa.

Penurunan hasil panen tidak hanya dialami oleh Mak Rezeki tetapi juga oleh Maringan P, Ketua KT Simargala di Desa Hutanamora karena keterlambatan musim tanam dan musim panen. Panenan menurun karena cuaca yang tak menentu, pupuk yang mahal dan langka serta hama tikus semakin banyak. Beliau juga mengatakan bahwa harga jual padi saat musim panen tiba selalu turun dibandingkan dengan hari-hari biasa. “Harga jual padi sekarang adalah 54.000 ribu/kaleng, padahal pupuk sangat mahal; merungilah kami terus”, tandasnya.  

Refleksi

Masalah-masalah petani saat ini yang tak kunjung mendapatkan solusi yang tepat menandakan ketidakmampuan  pemerintah dalam mewujudkan petani yang berdaulat dan sejahtera. Pemerintah kurang berempati dalam menyelesaikan persoalan petani saat ini. Keluh-kesah petani yang terus-menerus disuarakan tidak mendapatkan respon yang baik dari pemerintah. Petani selalu diberi jawaban: kita usahakan. Petani sudah jenuh dengan alasan-alasan yang tak mendasar dan butuh solusi yang konkrit. 

Misalnya, petani ingin agar harga tidak dihegemoni oleh pemodal dan pasar sehingga petani kecil memiliki posisi tawar dalam menjual hasil panennya. Petani juga ingin agar pemerintah menyediakan pupuk kimia dan organik serta bibit yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Petani juga menginginkan pendidikan bertani dan pemahaman tentang pengendalian hama.

Pemerintah dituntut agar proaktif menindaklanjutinya masalah-masalah yang disampaikan oleh petani agar petani tidak selalu menjadi korban. Ini salah satu penerjemahan sila kelima Pancasila dan UUD 1945 tentang keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang berarti bahwa rakyat Indonesia berhak menikmati kesejahteraan dan keadilan.

Saran

Ditengah kelangkaan dan ketergantungan petani dalam menggunakan pupuk kimia, harusnya pemerintah dan Lembaga-lembaga terkait  hadir dalam mensosialisasikan bahwa  ada pupuk alternative yang bisa petani pergunakan.

Profesor bidang teknologi pangan UGM, Djagal Wiseso, mengatakan bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dan strategis. Tanpa harus impor pupuk dan pangan, pemerintah bisa meningkatkan produksi pangan lokal dengan memberdayakan petani membuat pupuk alternatif dan mengembangkan  pengetahuan petani lokal.

Guru Besar IPB University, Iswandi Anas Chaniago, mengatakan bahwa sebanyak 72% tanah pertanian di Indonesia sudah sakit karena kekurangan bahan organik. Artinya,  tinggal tersisa 28% tanah pertanian yang masih sehat. Apabila pupuk kimia terus-menerus dipergunakan maka kerusakan tanahpun tidak terhindarkan sehingga hasil pertanian pun makin berkurang.

Oleh karena itu, kita perlu menyadari bahwa tanah kita sudah terancam sehingga mengakibatkan pangan yang tidak sehat, lingkungan yang rusak dan rusaknya kearifan lokal. Hanya lewat kesadaran bersama kita bisa memulihkan bumi untuk diwariskan kepada anak-cucu dalam keadaan subur dan sehat.**


[1]https://nasional.kompas.com/read/2021/08/06/12023351/jokowi-janji-ciptakan-sektor-pertanian-yang-menguntungkan

  • Baca juga tulisan menarik lainnya dari
  • Abadi Aritonang
  • atau artikel terkait
  • Berita, Toba

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Sebelumnya

Wajah Pemimpin Muda dari Natinggir

Artikel Berikutnya

Semangat Baru untuk Merdeka di Tanah Sendiri

Related Articles

DPRD Simalungun Gelar Rapat Pansus Bahas Banjir Parapat, TPL Disebut Sebagai Penyebab Utama.

DPRD Simalungun Gelar Rapat Pansus Bahas Banjir Parapat, TPL Disebut Sebagai Penyebab Utama.

29 April 2025
Nestapa Buruh Harian Lepas dalam Sistem yang Dikendalikan

Nestapa Buruh Harian Lepas dalam Sistem yang Dikendalikan

8 April 2025
Pimpinan DPRD Taput:  PT TPL harus menghentikan aktivitas di Wilayah Adat Onan Harbangan

Pimpinan DPRD Taput: PT TPL harus menghentikan aktivitas di Wilayah Adat Onan Harbangan

3 Februari 2025
Demi Pendudukan yang Terorganisir: Bona Taon Komunitas Golat Naibaho 2025

Demi Pendudukan yang Terorganisir: Bona Taon Komunitas Golat Naibaho 2025

3 Februari 2025
Tanah dan Kehidupan: Transformasi Strategi Perjuangan Masyarakat Adat dengan Inisiatif DaMaRA dalam Bona Taon Komunitas Golat Simbolon

Tanah dan Kehidupan: Transformasi Strategi Perjuangan Masyarakat Adat dengan Inisiatif DaMaRA dalam Bona Taon Komunitas Golat Simbolon

3 Februari 2025
Surat Petani Food Estate Ria-Ria kepada Pemerintah di Jakarta

Surat Petani Food Estate Ria-Ria kepada Pemerintah di Jakarta

27 Januari 2025

Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat. Pada tahun 1984, pendahulu kami sangat prihatin dan peduli terhadap realitas kemiskinan, pelanggaran dan kekerasan terhadap hak asasi manusia, serta dampak buruk yang ditimbulkan pembangunan di Indonesia…Selengkapnya 

  • Girsang 1, Kec. Girsang Sipangan Bolon, Kab. Simalungun - Parapat, Sumatera Utara 21174
  • pksppm@yahoo.com
  • +0625 42393
Facebook Instagram X-twitter Youtube

Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat. Pada tahun 1984, pendahulu kami sangat prihatin dan peduli terhadap realitas kemiskinan, pelanggaran dan kekerasan terhadap hak asasi manusia, serta dampak buruk yang ditimbulkan pembangunan di Indonesia…Selengkapnya 

  • Girsang 1, Kec. Girsang Sipangan Bolon, Kab. Simalungun - Parapat, Sumatera Utara 21174
  • pksppm@yahoo.com
  • +0625 42393
Facebook Instagram X-twitter Youtube
© Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat - KSPPM. All Rights Reserved.
Home
Home
Buletin
Buletin
Channel
Channel
Explore
Explore
No Result
View All Result
en English id Indonesian
  • Beranda
  • Profile
    • Visi dan Misi
    • Profil KSPPM
    • Tentang KSPPM
    • Struktur Organisasi
    • Pelaksana Program
    • Staff
    • Badan Pendiri
  • Berita
    • Samosir
    • Toba
    • Tapanuli Utara
    • Humbahas
    • Liputan Media
    • Wilayah Lainnya
  • Buletin Prakarsa